PARAMETER PENGUJIAN BATU MULIA
1. KEKERASAN
Seperti diketahui, bahwa setiap jenis mineral
atau batumulia mempunyai kekerasan tertentu. Derajat kekerasan ini dinyatakan
dalam skala Mohs yang bersifat
relatif dan skala Knop yang bersifat
absolut. Cara menguji kekerasan batumulia yang lebih sederhana dan lebih mudah
adalah menggunakan skala Mohs dan mineral
standar kekerasan yang digunakan sebagai berikut:
Talk
Gipsum
Kalsit
Fluorit
Apatit
|
: 1
: 2
: 3
: 4
: 5
|
Ortoklas
Kuarsa
Topas
Kurondum
Intan
|
: 6
: 7
: 8
: 9
: 10
|
Kesulitan
yang dhadapi dalam menguji kekerasan batumulia, bahwa kenyataanya sebuah
batumulia yang sama mempunyai kekerasan benda tergantung cara dan arah
menggoresnya. Hal ini akan lebih sulit lagi bila bentuk dan arah sumbu kristal
batumulia bersangkutan (terutama sumbu c) tidak dapat diketahui atau ditentukan
dengan jelas. Bidang yang tegak lurus sumbu c (sejajar sumbu a dan b) mempunyai
derajat kekerasan lebih tinggi daripada bidang yang tegak lurus sumbu a atau b
(sejajar sumbu c). misalnya mineral kianit mempunyai derajat kekerasan 4-4,5
menurut arah tegak lurus sumbu a atau b (sejajar sumbu c) dan kekerasan 6-7
menurut arah tegak lurus sumbu c (sejajar sumbu a dan b). Menguji kekerasan
batumulia hanya dapat dilakukan pada batumulia yang belum dibentuk atau diasah
menjadi permata, karena batumulia yang sudah dibentuk akan menyebabkan cacat
tergores.
Apabila
sulit mendapatkan mineral standar kekerasan dan dalam keadaan mendesak,
biasanya cukup menggunakan kristal kuarsa
(kekerasan 7), kaca jendela (kekerasan
6), jarum baja (kekerasan 5), jarum tembaga (kekerasan 3-3,5) dan kuku jari (kekerasan 2-2,5). Prinsip
pengujian kekerasan batumulia dengan cara ini bahwa batumulia lebih lunak akan
tergores oleh mineral standar sedang yang lebih keras tidak akan tergores,
misalnya batumulia atau permata batu-bulan
(moonstone) akan tergores oleh
kristal kuarsa. Sedang nilam (sapphire) tidak akan tergores. Dengan
mengetahui kekerasan batumulia maka untuk memotong dan mengasahnya dapat
ditentukan jenis gergaji dan bubuk pemoles yang akan digunakan.
2.
WARNA
Seperti
halnya kekerasan, maka tiap jenis batumulia juga mempunyai warna tersendiri,
baik yang disebabkan oleh unsur ion atau penyusun dan pengotor maupun oleh
perubahan arah sinar dan jenis cahaya yang diterimanya.
Dalam
mineralogy dikenal adanya dua jenis mineral berdasarkan warna yang dimiliki,
yaitu mineral idiokromatik dan mineral alokromatik. Demikian juga
halnya dengan batumulia, karena pada dasarnya batumulia adalah sebuah mineral
atau sekumpulan mineral. Mineral atau batumulia idiokromatik adalah batumulia
yang memiliki warna yang berasal dari warna unsur penyusun atau pembentuknya.
Misalnya malakhit selalu berwarna hijau, belerang selalu berwarna kuning,
grafit selalu berwarna hitam dan sebagainya. Warna tersebut asli dan tidak
dapat berubah.
Mineral
atau batumulia alokromatik adalah mineral atau batumulia yang memiliki warna
dari unsur pengotor, sedang batumulia yang bersangkutan tidak berwarna atau
bening. Contohnya kristal kuarsa dapat berwarna ungu (kecubung), kuning
(sitrin), merah (sard), coklat (karnelian) dan sebagainya serta warna-warna
tadi disebabkan ion pengotor dalam kristal kuarsa tersebut.
Beberapa
unsur atau ion pengotor yang dapat memberikan atau menimbulkan warna dalam
batumulia, antara lain :
Ø Ion besi (Fe); dapat menimbulkan warna
bermacam-macam, misalnya warna coklat, ungu, hijau, merah dan kuning pada
garnet, biru pada nilam, ungu pada kecubung (amethyst) dan kuning pada sitrin.
Ø Ion kromium (Cr); menyebabkan warna merah
pada mirah delima (ruby) atau hijau
pada jamrud (emerald).
Ø Ion mangan (Mn); menyebabkan warna merah
muda sampai merah tua, misalnya pada rodokrosit, rodonit dan garnet.
Ø Ion tembaga (Cu); menyebabkan warna biru
dan hijau, misalnya pada pirus, malakhit, azurit dan lain-lain.
Ø Ion nikel (Ni); menyebabkan warna hijau
pada krisopras.
Ø Ion vanadium (V); menyebabkan warna hijau,
misalnya pada jamrud (emerald).
Disamping
kedua jenis batumulia tersebut terdapat juga batumulia pleokronik, yaitu batumulia yang mengalami perubahan
warna yang disebabkan perubahan panjang gelombang cahaya serta perbedaan arah
penyinaran. Contoh pertama adalah batumulia aleksandrit yang berwarna hijau
oleh sinar matahari dan warna ungu oleh cahaya lampu. Sedang contoh kedua
adalah mineral kordierit bila diputar warnanya akan berubah dari biru ke warna
kuning atau sebaliknya.
Warna
batumulia asli (alamiah) biasanya berbeda sifatnya dengan warna buatan, baik
sintetis maupun imitasi. Kadang-kadang perbedaan warna ini dapat segera dikenal
tanpa menggunakan peralatan khusus (laboratorium) misalnya :
Ø Warna
batumulia sintetis dan imitasi umumnya lebih menyolok dan lebih merata,
Ø Warna
imitasi biasanya tidak tahan lama dan akan berubah memucat karena pengaruh
sinar matahari,
Ø Warna
imitasi kebanyakan akan bereaksi atau luntur oleh suatu larutan asam,
Ø Warna
imitasi dari larutan kimia untuk batumulia biasanya tidak merata, karena pada
retakan, bidang belah atau pori-pori akan terjadi pengumpulan warna sehingga
akan lebih tua.
Warna
batumulia asli dapat diubah atau ditingkatkan dengan berbagai cara, antara lain
:
Ø Pewarnaan; dengan jalan merendam
dalam larutan warna atau memanaskan pada temperatur tertentu, misalnya akik
dipanaskan dalam larutan gula atau madu agar menjai hitam, amethyst dipanaskan
pada batas temperatur tertentu (500 oC) agar menjadi kuning teh dan
lain-lain
Ø irradiasi; dengan
partikel-partikel sub-atom, misalnya pewarnaan intan dengan garam radium akan
menghasilkan warna hijau
Ø radiasi; dengan tujuan
mengubah kedudukan ion pengotor, misalnya intan kuning atau coklat menjadi
hijau atau biru dan apabila diteruskan akan berubah menjadi kuning emas; sedang
kristal kuarsa bening akan berubah menjadi kuning emas atau coklat teh dan
sebagainya.
3.
BERAT JENIS
Berat
jenis juga dapat digunakan untuk menentukan jenis batumulia dan dapat dilakukan
dengan menimbang dan mengukur volumenya atau dengan menggunakan cairan yang
telah diketahui berat jenisnya, misalnya bromoform, klerici, metilen jodida dan
sebagainya. Meskipun satu jenis batumulia sering mempunyai lebih dari satu
berat jenis, namun pada umumnya tiap jenis batumulia mempunyai harga berat
jenis tertentu. Tentu saja pengujian ini hanya dilakukan pada batumulia yang
belum diikat. Menghitung berat jenis dengan penimbangan termasuk cara yang
paling mudah dan murah, yaitu dengan cara menimbang di adara dan di dalam air.
Air yang digunakan adalah air suling (distilled
water) pada suhu 4 oC dan rumus
yang digunakan untuk menghitung berat jenis ini adalah,
BERAT JENIS = BERAT DI UDARA : (BERAT DI UDARA – BERAT DI DALAM AIR)
Cara
tersebut harus dilakukan dengan sangat cermat, sehingga sering berlangsung
sangat lamban.Cara lain ialah dengan menggunakan cairan yang sudah dikehatui
berat jeniasnya, namun harus diusahakan cairan yang tidak merusak atau
mempengaruhi sifat fisik dan kimia batumulia yang diuji. Beberapa jenis cairan
yang biasa digunakan dalam menentukan berat jenis batumulia, antara lain,
Ø Larutan
klerici; berat jenis 4,15 dan dibuat dari campuran thallium format dengan
thallium malonat dalam jumlah sama,
Ø Larutan
metilen jodida atau diodometan; berat jenis 3,30
Ø Larutan
bromoform; berat jenis 2,80
Dari
larutan tersebut dapat dibuat larutan dengan berat jenis tertentu sesuai dengan
keinginan, sehingga akan diperoleh larutan dengan berat jenis sama dengan berat
jenis batumulia yang diuji. Hal ini dapat dilakukan dengan mencampurkan
larutan-larutan tersebut dengan air suling atau aseton. Bila batumulia yang
diuji melayang berarti berat jenisnya sama dengan larutan, namun bila
mengambang berat jenisnya lebih kecil dan bila tenggelam berat jenisnya lebih
besar.
Dibawah
ini adalah beberapa contoh pengujian berat jenis batu mulia dengan menggunakan
cairan.
CAIRAN YANG
DIGUNAKAN
|
HASIL
PENGUJIAN
|
Larutan
bromoform + alkohol (berat jenis 2,65)
|
Kuarsa akan
mengambang, sedang beril dan emerald akan tenggelam
|
Larutan
klerici + air (H2O) (berat jenis 3,60)
|
Kuarsa,
beril, emerald, topas, turmalin dan intan akan mengambang, sedang sirkon,
rubi dan safir akan tenggelam
|
Larutan
metilen jodida (berat jenis 3,30)
|
Kuarsa,
beril, emerald dan turmalin akan mengambang, sedang topas dan intan akan
tenggelam
|
Larutan
bromoform + toluol (berat jenis 2,90)
|
Kuarsa,
beril dan emerald akan mengambang, sedang turmalin akan tenggelam
|
Berat
jenis batumulia dipengaruhi oleh pengotor (impurities)
yang terkandung di dalamnya, misalnya ion pengotor, mineral inklusi, gelembung
udara, cairan dan sebagainya. Hal inilah yang menyebabkan satu jenis batumulia
kadang-kadang mempunyai berat jenis yang berbeda.
4.
PENGOTORAN
Pengotoran
di dalam batumulia sering disebut sebagai jejak atau sidik jari (finger print) suatu batumulia. Batumulia
tertentu mempunyai ciri pengotoran tertentu pula sebagaimana setiap orang
mempunyai sidik jari berbeda. Jejak atau sidik jari batumulia akan tetap sama,
sekalipun batumulia tersebut sudah dibelah dan diasah atau dibentuk kembali.
Jejak atau sidik jari (pengotoran) batu mulia ini beraneka ragam, misalnya :
Ø Tiap
batumulia mempunyai pertumbuhan kristal tertentu, sehingga bentuk kristal ini
dapat dijadikan sarana menentukan jenisnya.
Ø Gelembung
yang terdapat dalam batumulia mempunyai bentuk, arah dan isi tertentu. Misalnya
bentuk dapat oval, bulat elip atau lensa, dan arah mungkin sejajar atau tegak
lurus salah satu sumbu, sedang isi dapat berupa gas, cairan, mineral atau
ketiga-tiganya.
Ø Jenis
mineral yang mengisi rongga batumulia mempunyai ciri tertentu, dan umumnya
terbentuk persamaan atau setelah batumulia bersangkutan terbentuk. Misalnya
kalsit dalam batumulia mirah delima terutama yang berasal dari Mogok (Birma),
diopsit krom dalam intan, pirit dalam jamrud, felspar dalam nilam dan
sebagainya
Ø Mineral
pengotor (inklusi) umumnya mempunyai bentuk dan arah tertentu yang sering tidak
teratur. Misalnya aktinolit atau rulit dalam kuarsa, garnet atau jamrud, apatit
dalam garnet, spinel, jamrud, atau nilam, epidot dalam kuarsa dan sebagainya.
Ø Kadang-kadang
pengotor dalam batumulia memberikan pemusatan warna dengan arah tertentu,
sehingga menimbulkan katoyansi. Misalnya pada batumulia mata kucing, mata
elang, mata harimau, nilam bintang, biduri bulan dan sebagainya.
Ø Retakan
batumulia yang terbentuk kemudian kadang-kadang juga diisi oleh berbagai jenis
mineral yang tumbuh didalamnya.
Kebanyakan
batu permata yang bermutu dan bernilai tinggi mempunyai pengotoran yang tidak
terlihat oleh mata bugil bahkan dengan menggunakan kaca pembesar 10x sekalipun.
Setiap batumulia pasti memiliki pengotor meskipun kecil dan tidak nampak oleh
mata bugil bahkan sedemikian kecilnya, sehingga seorang ahli harus menggunakan
peralatan laboratorium yang canggih untuk mengujinya.
5. KILAP
Kilap (luster) ini sangat baik untuk menguji
batumulia yang belum diasah dan dalam keadaan basah, sehingga tak jarang
seorang ahli menjilatnya. Menjilat batumulia sebenarnya mengundang resiko,
karena ada batumulia yang diduga beracun, misalnya yang mengandung tembaga dan
arsen seperti realgar, azurit dan lain-lain.
Batumulia
memiliki berbagai kilap, tapi yang paling umum dikenal dalam dunia perdagangan
antara lain kilap logam (galena,
pirit, hematit), kilap mutiara (batubulan,
amazonit, mutiara), kilap adamantin (intan,
sirkon), kilap sutra (mata harimau,
mata kucing), kilap vitreus (kuarsa),kilap gelas dan kilap lemak. Umunya derajat kilap suatu batumulia dinyatakan dalam angka
0-6, namun juga ada yang tidak dinyatakan dengan angka. Alat yang digunakan
untuk mengukur suatu kilap batumulia disebut lustermeter.
Meskipun
tiap batumulia mempunyai derajat kilap tertentu, namun juga dapat dipengaruhi
oleh unsur lain, misalnya jenis pengotor, cara mengasah dan memoles. Indek
kilap ini dapat digunakan untuk menguji batumulia, misalnya indek beberapa
jenis batumulia asli dan sintetis di bawah ini.
JENIS BATU MULIA
|
DERAJAT KILAP
|
Silikon
karbit
Rutil
Anatas
Intan
Stibiotantalit
Strontium
titanat
Sfalerit
Sirkon
oksida
GGG
Kasiterit
Garnet
sintetis
Spinel
sintetis
Kuarsa
Andradit
YAG
|
5
4,5
- 5
4,5
– 7
4
3,4
3
2,9
2,2
2
1,9
– 2,3
1,0
– 2,3
0,73
0,55
1,3
1,0
|
INDEKS BIAS
Secara
sepintas suatu batumulia nampak sama persis dengan batumulia lain, namun indek
biasnya pasti berlainan, karena tiap jenis batumulia mempunyai nilai indek bias
tertentu. Nilai indek bias ini sering juga dipengaruhi oleh ion pengotor. Ada
dua cara menentukan indek bias batumulia, yaitu dengan menggunakan cairan yang
diketahui nilai indek biasnya dan menggunakan alat refraktometer.
Menentukan
indek bias dengan menggunakan cairan sering kurang teliti dan hanya dapat
digunakan untuk menentukan indek bias mineral tunggal. Cairan yang digunakan
untuk keperluan ini, misalnya bromoform, metilen jodida dan lain-lain.
Batumulia yang mempunyai indek bias sama atau lebih kecil dari larutan tidak
akan nampak, sebaliknya bila indek bias batumulia lebih besar akan nampak dalam
cairan tersebut. Cara ini hanya digunakan untuk menentukan indek bias batumulia
berukuran besar, khususnya batu permata dan permata.
Cara lain
ialah dengan menggunakan cairan yang sudah diketahui harga indek biasnya dan
mikroskop, terutama bila batumulia tersebut berupa butiran kecil, dengan
melihat arah gerak lingkaran kuning yang mengelilingi butiran yang disebut Cincin Becke. Bila cincin itu bergerak
ke dalam, maka indek bias batumulia lebih kecil dari larutan. Sebaliknya bila
bergerak ke luar maka indek bias batumulia lebih besar. Mengukur indek bias
juga dapat dilakukan dengan jalan mengukur ketebalan, khususnya bila batumulia
tersebut berbentuk lempengan. Harga indek bias adalah perbandingan tebal
sebenarnya dengan tebal semu yang dapat diukur dengan binokuler atau mikroskop
petrografi di mana tebal semu adalah jarak titik fokus antara bidang bawah
dengan bidang atas.
Indek
bias batu permata berbeda, ada yang mempunyai indek bias tunggal namun ada pula
yang ganda. Batumulia yang mempunyai sistem kristal kubus dan amorf (tidak
berkristal) biasanya hanya mempunyai indek bias tunggal, sedang yang bersistem
kristal tetragonal, heksagonal dan trigonal mempunyai sebuah indek bias tetap
dan sebuah indek bias ekstra. Indek bias ekstra ini kadang-kadang nampak atau
kurang jelas. Di lain pihak batumulia dengan sistem kristal ortorombik,
monoklin dan triklin mempunyai indek bias ganda, di mana jarak antara kedua
indek bias tersebut disebut disperse atau birefringe. Kita sering menjumpai
batumulia yang tidak memperlihatkan adanya indek bias, hal ini disebabkan
batumulia tersebut tidak tembus cahaya. Untuk mendapatkan harga indek biasnya
digunakan sinar berwarna kuning yang berasal dari lampu natrium (sodium lamp).
1.
PLEOKROISMA
DAN SIFAT OPTIK LAINNYA
Batumulia
pleokroistik akan memperlihatkan warna bermacam-macam dan untuk menguji
pleokroisma ini digunakan alat yang disebut dikroskop. Dengan alat ini dapat diuji bahwa nilam akan
memperlihatkan warna biru muda sampai biru tua, sedang mirah delima akan memperlihatkan
warna merah jambu sangat muda atau oranye. Warna-warna tersebut akan tetap
meskipun dilihat dari berbagai arah dan warna ini sangat berbeda dari batumulia
sintetis dan imitasinya. Batumulia juga memiliki ciri warna yang disebut
spektrum, yaitu pita hitam pada warna tertentu dan alat yang digunakan untuk
mengujinya disebut spectrometer. Beberapa batumulia (asli) menunjukkan spektrum
(batumulia sintetis tidak ada) seperti di bawah ini:
Ø Merah delima mempunyai dua pita
hitam pada warna biru dan tiga pita hitam pada warna merah
Ø Spinel merah atau Rubi balas mempunyai tiga pita hitam
pada warna merah, pita kesatu dan ke dua saling berdekatan dan pada warna biru
tidak ada pita
Ø Intan mempunyai satu pita
hitam pada warna hijau
Ø Jamrud mempunyai tiga pita hitam
pada warna merah, dan sebuah di antaranya sangat tebal
Ø Aleksandrit mempunyai empat pita
hitam pada warna merah, dimana pita kesatu dan kedua saling berdekatan
Ø Akik merah mempunyai satu pita
hitam pada warna merah, satu pita hitam pada warna kuning, dua pita hitam pada
warna biru dan satu pita hitam pada warna hijau
Ø Nilam mempunyai tiga pita
hitam pada warna biru
Ø Biduri Kenanga mempunyai satu pita
hitam pada warna biru
Ø Indikolit dan Jamrud Brasil mempunyai satu pita hitam tepat pada pertemuan warna
biru dan hijau.
Pengujian
batu mulia dapat pula dilakukan dengan menggunakan lampu ultra-violet khususnya
untuk mengetahui yang asli dan sintetis. Batumulia asli memperlihatkan
fluorensi yang sangat kuat, sedang batumulia sintetis kelihatan bening. Di
samping itu, untuk menguji batumulia dapat pula digunakan sinar tembus (X-Ray).
Sudah barang tentu pengujian ini hanya untuk batumulia yang berharga seperti
nilam, jamrud, mirah delima, intan dan sebagainya. Dengan sinar tembus ini
batumulia asli akan menghasilkan gambar yang tembus cahaya, sedang batumulia
sintetis akan memperlihatkan baying-bayang.
2.
SISTEM
KRISTAL
Hampir
semua batumulia yang berharga mempunyai sistem kristal yang terbentuk waktu
pertumbuhannya. Bentuk atau sistem kristal dibagi menjadi enam, sebagai berikut
:
Ø Kubus, yaitu sistem kristal
yang mempunyai tiga sumbu sama panjang dan saling tegak lurus, misalnya Intan,
Ø Tetragonal, yaitu sistem kristal
yang mempunyai tiga sumbu saling tegak lurus dan satu sumbu lebih pendek dari
dua sumbu yang lain, misalnya Zirkon,
Ø Heksagonal, yaitu sistem kristal
yang mempunyai tiga sumbu mendatar saling membentuk sudut 60o dan
satu sumbu tegak yang membentuk sudut 90o terhadap sumbu mendatar
Ø Ortorombik, yaitu sistem kristal
yang mempunyai tiga sumbu yang tidak sama panjang, misalnya peridot
Ø Monoklin, yaitu sistem kristal
yang mempunyai tiga sumbu tidak sama panjang dan dua diantaranya tegak lurus
sedang satu lagi menyimpang, misalnya krokidolit (akik Condromowo, akik Sardulo
dan akik Garuda)
Ø Triklin, yaitu sistem kristal
yang mempunyai tiga sumbu yang tidak sama panjang dan saling membentuk sudut
lebih besar atau lebih kecil dari 90o
misalnya pirus.
Batumulia
yang berkomposisi kimia sama namun mempunyai sistem kristal berbeda disebut polimorf, misalnya intan (unsur C)
berkristal kubus, sedangkan grafit (unsur C) bersistem heksagonal. Disamping
itu ada juga batumulia yang tidak mempunyai sistem kristal dan disebut amorf, misalnya agat, opal, dan
obsidian, atau sistem kristalnya disebut mikrokristalin
atau kriptokristalin, misalnya
kalsedon. Sistem kristal batumulia sangat penting, baik bagi para ahli untuk
menentukan atau menguji jenisnya maupun bagi pengrajin (lapidarist). Sifat-sifat lain yang juga sangat penting dalam
menguji batumulia adalah bidang belah (cleavage),
bidang kembar (twinning), guratan (striation), retakan, sifat magnit, sifat
tembus cahaya dan lain-lain.
3. PENGUJIAN CARA LAIN
Untuk
menguji batumulia dengan tepat yang akan dituangkan dalam sertifikat hasil
pengujian memerlukan peralatan yang cukup mahal, karena sebagian adalah
peralatan laboratorium yang canggih. Bagi beberapa orang ahli untuk sekedar
mengetahui dan menguji batumulia yang tidak perlu dituangkan dalam sertifikat,
menempuh cara masing-masing berdasarkan pengalaman dengan memanfaatkan kepekaan
pancainderanya, misalnya dengan meraba, menjilat, menjatuhkan di atas telapak
tangan dan sebagainya. Tentu saja pengujian dengan kepekaan pancaindera sering
salah, namun umumnya bagi orang yang sudah pengalaman hasilnya 95% benar. Untuk
menguji dengan kepekaan pancaindera ini harus membebaskan diri dari pengaruh
benda-benda asing, misalnya tangan harus bebas dari keringat, lemak dan pikiran
harus terpusatkan. Ada dua kelompok batumulia yang dapat dibedakan denga cara
meraba, yaitu :
Ø Kelompok
batumulia yang terasa licin (slippery), misalnya almandin,
krisoberil, korundum, peridot, pirop, rodolit, spinel, rutil sintetis, korundum
sintetis, topas, turmalin dan sirkon.
Ø Kelompok
batumulia yang terasa likat (sticky), misalnya amber, andradit,
kalsedon, beril, intan, kaca, hematit, jade, labradorit, lapis lazuli, opal,
plastik, kuarsa, spondumen, jamrud sinteti, pirus, sirkon yang dipanas-kan,
mikrolin dan ortoklas.
Dari
kedua kelompok tersebut kemudian dapat dibedakan berdasarkan derajat kelicinan
dan derajat kelikatannya.
Batumulia
mempunyai berat jenis yang berbeda-beda, sehingga jatuhnyapun berbeda-beda
pula. Sifat ini dimanfaatkan oleh sementara ahli yang peka dengan menjatuhkan
batumulia yang diuji diatas telapak tangannya, misalnya sirkon kubus (American diamond)
jatuhnya terasa lebih keras daripada intan. Ada juga beberapa batumulia yang
melekat atau menimbulkan rasa tertentu bila dijilat. Misalnya kalsedon, opal
dan opal sintetis, dimana opal sintetis mempunyai derajat lekat yang lebih
besar karena mempunyai struktur yang lebih sarang (porous). Sirkon kubus mudah dikenal karena lebih gemerlapan dari
intan dan bila dilihat dari fasit mahkotanya akan nampak lingkaran yang lebih
tembus cahaya, sedang bila dilihat dari fasit paviliun memperlihatkan disperse
yang lebih kuat daripada intan. Banyak cara sederhana yang dapat digunakan
untuk menguji keaslian sebuah batu permata, yang tentunya dengan syarat
pemusatan pikiran, bebas dari pengaruh benda-benda lain, kepekaan dan
pengalaman.
0 komentar:
Posting Komentar