Proses Pemisahan Mineral pada Jig
Pada kapal isap, alat pemisah mineral yang digunakan dan
utama adalah jig. Menurut Pryor, E.
J, 1965, Mineral Processing, jig merupakan alat pemisah
mineral kasiterit terhadap mineral pengotor lainnya berdasarkan perbedaan nilai
specific gravity dari mineral. Pada dasarnya proses
pemisahan mineral didalam jig dapat
terjadi akibat adanya prinsip klasifikasi mineral pada medium berupa fluida.
Dalam hal ini medium yang digunakan adalah air laut dengan berat jenis
a.
Teori Jigging
Jigging adalah suatu proses pemisahan
bijih dalam suatu media cair dengan alat jig
berdasarkan perbedaan berat jenis. Jig
bekerja secara mekanis yang menggunakan prinsip
perbedaan kemampuan menerobos dari butiran yang akan dipisahkan terhadap suatu
lapisan pemisah (bed).
b.
Prinsip Jigging
Pada proses jigging terjadi gerakan tekanan (pulsion) dan isapan (suction)
akibat gerakan naik turun membran. Apabila
terjadi pulsion maka bed
akan terdorong naik. Sehingga batuan
pada lapisan bed akan merenggang
karena adanya tekanan. Kesempatan ini akan dimanfaatkan oleh mineral berat untuk
menerobos bed masuk ke tangki sebagai
konsentrat sedangkan mineral ringan akan terbawa oleh aliran horizontal diatas
permukaan bed dan akan terbuang sebagai tailing.
Pada saat terjadi suction,
bed menutup kembali sehingga mineral berat berukuran besar dan mineral
ringan berukuran besar tidak berpeluang masuk ke tangki. Jadi mineral berat
berukuran besar akan mengendap diatas bed
untuk menunggu kesempatan pulsion
berikutnya, sedangkan mineral ringan berukuran besar akan terbawa aliran arus
horizontal. Pada pemisahan partikel mineral dalam proses jigging dipengaruhi tiga faktor, antara
lain:
1. Differential acceleration
Pada
awal jatuhnya mineral pada suatu fluida maka akan terjadi dua proses yaitu,
mineral dengan berat jenis yang besar akan lebih cepat jatuh dibandingkan
mineral yang memiliki berat jenis yang ringan. Differential acceleration (Gambar 2.6) merupakan
faktor perbedaan kecepatan jatuh partikel mineral ke bed, karena adanya gerakan yang terjadi pada alat jig. Hal ini akan menyebabkan partikel mineral yang memiliki
berat jenis besar akan memiliki kecepatan
jatuh yang lebih besar. Pada proses ini
kecepatan dari mineral hanya dipengaruhi oleh berat jenis mineral dan berat
jenis fluida. Dan tidak dipengaruhi oleh ukuran dari mineral (karena kondisi
berlangsung pada free settling).
2. Hindered settling
classification
Hindered settling adalah
suatu kondisi yang disebabkan oleh gaya pulsion
(pukulan) dan suction (hisapan) dari
panjang pukulan yang mengakibatkan timbulnya hentakan pada suatu medium yang
mengakibatkan adanya perubahan kecepatan pengendapan partikel pada suatu pulb (suspensi) yang bergejolak.
Partikel-partikel yang memiliki bentuk ukuran dan berat jenis yang berbeda,
akan memiliki kecepatan pengendapan yang berbeda (Gambar 2.7). Dimana bentuk ukuran dan berat jenis partikel akan
menentukan besarnya gaya pengendapan (∑F)
dari suatu partikel. Hal ini dapat dilihat pada persamaan di bawah ini menurut
Pryor, E. J, 1965.
Pada
kondisi hindered settling besarnya
gaya pulsion (Fpulsion) akan diteruskan sama besar untuk setiap
partikel. Partikel dengan gaya pengendapan lebih besar dari gaya pulsion (∑F > FPulsion), akan tetap tenggelam. Sedangkan
partikel dengan gaya pengendapan yang lebih kecil dari gaya pulsion (∑F < FPulsion), akan terangkat menuju permukaan
fluida. Hal ini akan menimbulkan perbedaan kecepatan pengendapan partikel.
Kondisi ini seperti digambarkan pada gambar 3.17.
Pada
awal jatuhnya mineral menuju medium pemisah (fluida) nilai terminal velocity dari mineral akan menentukan posisi dari mineral pada
proses pemisahan. Pada (Gambar 2.8 (a)) posisi mineral berat dengan mineral ringan tidak jauh
berbeda, sehingga pemisahan pada sistem ragging
akan sulit untuk dilakukan. Sementara
pada (Gambar
2.8 (b)) kondisi mineral ringan dengan mineral berat telah
memiliki perbedaan posisi yang sangat mencolok, sehingga pemisahan dari mineral
pada sistem ragging akan sangat mudah
untuk dilakukan.
3. Consolidation trickling
Consolidation
trickling (Gambar 2.9) pada akhir jatuh merupakan
suatu keadaaan pada saat suction dari
bed. Bed akan merapat sehingga
mineral yang mempunyai ukuran butir yang kecil dengan berat jenis besar akan
mempunyai kesempatan untuk menerobos celah-celah dari bed. Sedangkan mineral besar dengan berat jenis kecil tidak sanggup
berpindah karena pengaruh perbedaan kecepatan pengendapan mineral dengan bed. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar berikut. Dari
ketiga proses tersebut terjadilah proses pemisahan mineral yang memiliki
perbedaan dalam berat jenis pada jig.
Pada pemisahan mineral tersebut, perbedaan dari nilai terminal velocity dari
suatu mineral menjadi faktor yang utama pada proses pemisahan. Siklus jigging (Gambar 2.10) merupakan suatu bentuk
gelombang yang sebangun dan bergerak secara teratur serta berulang-ulang yang
diakibatkan oleh pulsion dan suction (A. B. Nesbitt)
0 komentar:
Posting Komentar